Pentingnya Kadar Oksigen Terlarut dalam Air

09 Apr 2021 15:06:10 | Dilihat 52500 kali
 
Oksigen merupakan unsur yang dibutuhkan oleh hampir semua makhluk hidup baik di darat maupun air. Saat kekurangan oksigen, semua proses yang terjadi dalam tubuh akan terhambat. Organisme terestrial dapat memanfaatkan oksigen secara langsung dari udara sedangkan organisme akuatik hanya bisa memanfaatkan oksigen yang terlarut dalam air.

Sumber oksigen terlarut dalam air
Oksigen terlarut atau Dissolved oxygen (DO) adalah jumlah oksigen dalam air yang berasal dari proses fotosintesis dan difusi udara. Oksigen terlarut di perairan digunakan untuk proses respirasi, degradasi bahan organik maupun anorganik, proses metabolisme dan pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan. Semakin banyak jumlah oksigen terlarut maka kualitas air akan semakin baik. Laju difusi oksigen dari udara bebas ke dalam perairan dipengaruhi oleh suhu air, tekanan udara, salinitas, pergerakan massa air dan udara seperti arus/gelombang serta kedalaman air.

Peran oksigen terlarut pada tambak
Dalam perikanan budidaya, komoditas bernilai ekonomis tinggi seperti udang sangat bergantung pada ketersediaan oksigen terlarut di dalam air. Sisa pakan dan kotoran udang yang mengendap di bagian dasar kolam atau tambak akan meningkatkan jumlah amonia di air. Amonia dengan konsentrasi tinggi dan tersimpan dalam waktu lama akan mengganggu pertumbuhan dan bahkan menyebabkan kematian pada udang. Selain itu, tingginya jumlah amonia dalam air juga dapat menimbulkan bau yang tidak sedap di sekitar kolam atau tambak. Oksigen terlarut diperlukan untuk meningkatkan oksidasi agar proses nitrifikasi berlangsung sempurna sehingga dapat menghilangkan amonia yang berada di dalam tambak. Menurut penelitian Komarawidjaja (2006), semakin tinggi konsentrasi oksigen terlarut maka konsentrasi amonia akan semakin rendah.

Berdasarkan hasil penelitian Sahrijanna dan Septiningsih (2017), konsentrasi oksigen terlarut pada tambak udang akan menurun di waktu malam hingga titik terendah pada dini hari. Hal tersebut karena pada malam hari fitoplankton menggunakan oksigen untuk respirasi dan menyebabkan terjadinya kompetisi terhadap oksigen terlarut antara udang dan fitoplankton. Kebutuhan oksigen terlarut untuk budidaya udang berkisar antara 3-8 mg/L (Komarawidjaja 2006). Jika pada saat kompetisi tersebut berlangsung tidak ada suplai oksigen tambahan, maka oksigen terlarut dalam tambak akan menurun hingga 0 mg/L dan menyebabkan kematian massal pada udang. 
Penambahan oksigen menggunakan nanobubble dapat meningkatkan dan menjaga ketersediaan oksigen di tambak serta mencegah terjadinya kematian udang akibat kekurangan oksigen pada malam hari.

Penambahan oksigen terlarut di tambak
Penambahan oksigen terlarut dalam tambak dapat melalui aerasi dan agitasi. Aerasi merupakan proses penambahan oksigen terlarut dengan cara menyemprotkan udara ke dalam air melalui suatu pori-pori kecil sehingga membentuk gelembung udara yang halus serta membiarkannya untuk bisa naik melalui air. Sedangkan agitasi memiliki prinsip pengadukan yang bertujuan memperluas dan memperlama kontak dengan udara agar semakin banyak oksigen yang terdifusi dalam air.

Teknologi Aerasi Modern
Aerator Nanobubble merupakan generator oksigen yang mampu menghasilkan gelembung udara berukuran nano (70-200 nm) dan kaya akan oksigen sehingga secara signifikan dapat meningkatkan oksigen terlarut pada tambak/kolam sebanyak 2x lipat dari aerasi pada umumnya.
 

Gelembung nano yang sangat stabil dan tidak mudah pecah akan tetap terendam di bawah air untuk waktu yang lama. Hal ini dinilai efektif dalam menjaga kandungan oksigen terlarut pada kolam. Peningkatan kadar oksigen terlarut dengan nanobubble akan meningkatkan hasil produksi udang hingga dua kali lipat dibandingkan budidaya tanpa nanobubble. Selain itu, nanobubble memiliki muatan ion negatif yang dapat meningkatkan daya tahan dan imunitas komoditas budidaya seperti ikan dan udang sehingga tidak mudah terserang penyakit.


Penulis : Zakia Dwi Puspa R
Editor   : Jamilatunisa

Sumber:
[1] Balai PSDA Bodru Kuto. 2018. DO (Dissolved Oxygen). https://bpusdataru-bk.jatengprov.go.id/index.php/informasi-sda/kualitas-air/93-das/kualitas-air/157-do-dissolved-oxygen, diakses pada 26 Maret 2021.
[2]  Komarawidjaja, W. 2006. Pengaruh perbedaan Dosis Oksigen Terlarut (DO) pada    Degradasi Amonium Kolam Kajian Udang Budidaya. Jurnal Hidrosfir, 1(1): 32-37.
[3] Sahrijanna, A. dan Septiningsih. 2017. Variasi Waktu Kualitas Air Pada Tambak Budidaya Udang Dengan Teknologi Integrated Multitrophic Aquaculture (IMTA) di Mamuju Sulawesi Barat. Jurnal Ilmu Alam dan Lingkungan, 8(2): 52-57.

[4]  Salimin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) sebagai Salah Satu Indikator untuk Menentukan Kualitas Perairan. Oseana, 30(3): 21-26.
[5] Simanjuntak, M. 2009. Hubungan Faktor Lingkungan Kimia, Fisika Terhadap Distribusi Plankton di Perairan Belitung Timur, Bangka Belitung. J. Fish. Sci, 9(1): 31-45.
[6] Wazzan, I.M.Al. 2020. Dissolved Oxygen, Oksigennya Organisme Akuatik. https://kkp.go.id/brsdm/artikel/18575-dissolved-oxygen-oksigennya-organisme-akuatik, diakses pada 26 Maret 2021.