6 Jenis Penyakit pada Udang yang harus diwaspadai
19 Des 2022 12:40:21 | Dilihat 988 kali

Hasil panen udang yang berlimpah tentunya menjadi keinginan setiap petambak, namun untuk mencapai keberhasilan budidaya tersebut perlu memperhatikan seluruh aspek dari mulai persiapan, teknis, hingga pasca budidaya. Seringkali panen udang mengalami penurunan bahkan kegagalan karena udang terjangkit penyakit. Serangan penyakit merupakan salah satu mata rantai penyebab kegagalan produksi. Infeksi virus dan bakteri menjadi penyebab utama penyakit pada udang, baik pada saat pembenihan maupun pembesaran.
Serangan virus yang paling berbahaya dan sering menjangkit udang adalah virus WSSV (White Spot Syndrome Virus), TSV (Taura Syndrome Virus), YHD (Yellow Head Diseases), IMNV/Myo (Infectious Myonecrosis Virus), AHPND (Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease) dan IHHNV (Infectious Hypodermal and Hematopoietic Necrosis Virus). Serangan penyakit tersebut banyak menimbulkan keresahan dan kerugian bagi petambak di Indonesia.
- WSSV (White Spot Syndrome Virus)
Source: Queensland Department of Agriculture and Fisheries
WSSV merupakan virus penyebab penyakit bintik putih pada udang. Penyebarannya bisa secara vertikal melalui induk yang menularkan ke larvanya atau secara horizontal melalui air yang tidak steril (waterborne transmission). Gejala klinis penyakit WSSV, yaitu:
- Bintik putih berbentuk lingkaran pada kulit
- Terkadang disertai oleh kemerahan pada seluruh tubuh
- Hepatopankreas membesar dan berwarna putih kekuningan
- Udang kehilangan nafsu makan
- Udang terlihat sekarat yang ditandai dengan berenang di atas permukaan air.
Virus masuk melalui mulut dan insang. Virus ini termasuk dalam virus patogen kategori C-1, yaitu kategori yang dapat menyebabkan kematian massal dan dapat menyebar dalam suatu wilayah serta sulit untuk disembuhkan.
- TSV (Taura Syndrome Virus)
Source: The Philippine Journal of Fisheries
Taura Syndrome Virus seringkali disebut juga dengan “penyakit ekor merah”. Disebut penyakit ekor merah, karena pada kondisi akut maupun pra akut udang vaname yang terserang oleh virus TSV, akan terlihat berwarna kemerahan pada bagian ekornya. Media pembawanya adalah udang vaname yang telah mengalami infeksi kronis, dan biota akuatik. Virus TSV biasanya menyerang udang vaname 14 – 40 hari setelah di tebar di tambak. Penyebaran virus TSV dipicu oleh menurunnya kualitas lingkungan tambak dan kurangnya manajemen pengelolaan air. Gejala klinis penyakit TSV, yaitu:
- Menginfeksi juvenil 0.15–5 g atau udang DOC 1–45
- Udang yang terinfeksi akan lemah dan mengalami disorientasi.
- Terdapat bercak hitam pada bagian tubuh yang mengalami perubahan warna
- Seluruh permukaan tubuh berwarna kemerahan terutama bagian kipas ekor
- Saluran pencernaan kosong
- Kulit udang menjadi lunak dan mati saat terjadi molting
- YHD (Yellow Head Diseases)
Source: Semantic Scholar
Penyakit kepala kuning ini meningkatkan mortalitas hingga 100% dalam jangka waktu 3 hingga 5 hari setelah terjangkit. Faktor yang memicu penyakit ini adalah perubahan pH dan DO secara mendadak. Tanda-tanda klinis muncul setelah 2-4 hari infeksi, serta butuh waktu 3 hingga 5 hari mencapai kematian. Sama seperti penyakit WSSV, virus ini termasuk dalam virus patogen kategori C-1. Gejala klinis penyakit YHD, yaitu:
- Nafsu makan udang meningkat tetapi kemudian menurun drastis hingga fase akhir terjadinya penyakit
- Ekor udang tampak kemerah-merahan disertai warna kuning menyala pada kepala udang
- Insang berwarna pucat atau kecoklatan. Tanda-tanda ini bisa saja tidak muncul pada udang yang telah terinfeksi, sehingga penting untuk mengkonfirmasi diagnosa dengan pewarnaan insang dan pengecekan hemolimfa. Diagnosa lebih lanjut dapat menggunakan RT-PCR
- IMNV/Myo (Infectious Myonecrosis Virus)
Source: Melena et al., 2012
Penyakit IMNV atau juga dikenal dengan Myo disebabkan oleh virus Infectious Myonecrosis Virus. Virus satu ini menyerang dan merusak jaringan otot lurik pada udang. Penyakit yang ini baru bisa diamati pada udang yang sudah berumur 40-60 hari. Penyakit pada udang ini bisa menyebabkan kematian dalam kurun waktu 9-13 hari setelah udang terinfeksi.
Virus ini dapat menular secara vertikal melalui induk ke benur, serta secara horizontal melalui kanibalisme atau air. Menurunnya kualitas air akan memicu pertumbuhan Myo. Gejala penyakit IMNV, yaitu:
- Udang terlihat pucat
- Udang mengalami kram pada jaringan otot
- Terdapat seperti gumpalan awan putih pada segmen udang. Jika sudah parah, jaringan otot akan mati dan berwarna merah
- Ukuran Hepatopankreas mengecil
- AHPND (Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease)
Source: Aquaculture International
AHPND adalah penyakit yang disebabkan adanya infeksi bakteri vibrio parahaemolyticus (Vp AHPND) yang mampu memproduksi toksin dan menyebabkan kematian pada udang dengan mortalitas mencapai 100%. Kematian akibat AHPND terjadi pada umur kurang dari 40 hari setelah ditebar di tambak. Udang yang mengalami penyakit AHPND menunjukkan kosongnya saluran pencernaan dengan hepatopankreas berwarna pucat dan mengecil, kulit menjadi lunak, dan bintik hitam pada hepatopankreas. Kematian dapat terjadi pada hari ke-10 setelah tebar dan udang yang lemas akan tenggelam didasar kolam.
- IHHNV (Infectious Hypodermal and Hematopoietic Necrosis Virus)
Source: Journal of Coastal Research
IHHNV merupakan penyakit viral yang mengakibatkan kekerdilan pada tubuh udang vaname. Pada juvenil, menyebabkan ‘runt-deformity syndrome’ (RDS) dengan tidak stabilnya pertumbuhan dan berat udang serta terhambatnya pembentukan karapas. Udang yang terinfeksi akan berenang ke permukaan air, diam tidak bergerak kemudian berputar dan tenggelam ke dasar. Perilaku ini mungkin dapat berulang hingga terjadi kematian.
Udang yang terjangkit virus ini akan mengalami penurunan nafsu makan, terjadinya kanibalisme hingga meningkatkan kematian massal. Petambak harus memperhatikan pemilihan benih yang tersertifikasi serta kualitas air tambak yang baik. Benih udang yang kualitasnya kurang baik dan kualitas air yang buruk bisa menjadi pemicu penyakit IHHNV ini.
Nanobubble Solusi Mengatasi Penyakit pada Udang
Selama proses budidaya, petambak perlu mendeteksi tanda-tanda klinis dan perubahan perilaku pada udang. Penurunan kualitas air menjadi salah satu penyebab stress pada udang dan menjadikannya mudah terserang penyakit. Kualitas air yang buruk memberikan kesempatan pada bakteri dan virus untuk menginfeksi udang dalam tambak budidaya.
Peningkatan kualitas air tambak dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi nanobubble. Nanobubble berfungsi untuk menambah kadar DO dalam air. Kadar oksigen terlarut yang tinggi pada tambak udang akan meningkatkan kualitas lingkungan dan mengurangi total bakteri, virus serta penyakit. DO yang tinggi merangsang proses autolisis pada bakteri, meningkatkan reaksi lisis biologi dan mengurangi produksi lumpur. Kondisi tersebut menghasilkan penurunan total bakteri vibrio dan infeksi pada udang. Disamping itu, nanobubble juga menghambat mekanisme reproduksi bakteri dengan mengganggu dinding sel bakteri melalui oksidasi dari radikal bebas (ORP) dan menghambat proses pembelahannya.
Stabilisasi dari gelembung nano menjadikannya tidak mudah pecah dan mengurangi potensi terjadinya flokulasi. Hal tersebut menjaga ketersediaan oksigen sepanjang waktu sehingga DO di perairan menjadi stabil. Dengan kualitas air yang baik, kondisi udang akan jauh lebih sehat dan meningkatkan survival rate. (Baca Juga: Cara Mensterilkan Tandon Budidaya Udang)
Penulis : Afridha Setia Jayanti
Editor : Zakia Dwi Puspa Ramadina
Sumber:
[1] Lilisurani. 2020. Serangan Penyakit Virus Pada Udang di Tambak Tanpa Memperlihatkan Gejala Klinis. Octopus: Jurnal Ilmu Perikanan. Vol. 9 No. 1, Hal. 25-32
[2] Musyaffa Rafiqie. 2014. Penyakit Udang Vaname di Tambak PT Tanjung Bejo, Pajarakan Kabupaten Probolinggo. Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan. Volume 5, No. 1.
[3] M. Mulyadi, C. R. Handayani, H. P. Kusumaningrum, dan A. Budiharjo. 2013. Prediksi Resistensi Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) terhadap Infectious Hypodermal and Hematopoietic Necrosis Virus (IHHNV) dari Tambak Intensif dan Semi Intensif Jepara Menggunakan Marka RAPD. BIOMA: Berkala Ilmiah Biologi Vol. 15, No. 2 : 73-80.
[4] Ganjoor, M. 2015. A Short Review on Infectious Viruses in Cultural Shrimps (Penaeidae Family). Journal of Fisheries Science. 9 (3): 9-33